Selasa, 28 Agustus 2012
Kertas Kado
19.05
Aku duduk di depan sebuah layar yang menampakkan layar putih kosong berharap akan diisi dan menghasilkan sebuah tulisan yang akan membuat dirimu bahagia di hari istimewamu.
Hari istimewa? Kau pasti mengerti apa maksudku, bukan...
Mungkin bagimu itu bukanlah sesuatu yang istimewa dalam hidupmu karena kau memang tidak pernah mengistimewakannya. Jadi, biarkan diriku saja yang membuatnya istimewa untukmu sehingga kau juga akan merasakan keistimewaannya. Deal? Deal!
Istimewa walaupun sebenarnya kau hanya mendapati pengulangan tanggal di bulan yang sama tapi tetap biarkan itu jadi istimewa!
Pertama-tama, Selamat untuk ke-22 kalinya kau menemui pengulangan ini!
Tapi seharusnya bukan ucapan selamat yaa karena kata orang seharusnya kau sedih setiap menemui tanggal dan bulan yang sama setiap tahunnya karena itu sebagai penanda waktumu yang tersisa.
But it's okay then! Jadikan sebagai reminder dari hal-hal apa saja yang sudah dan belum dilakukan selama bertahun-tahun ini. Pengulangan itu memang istimewa, kan? Pas sebagai reminder ampuh nan tidak biasa. Berbunyi di waktu yang telah ditentukan dan tidak akan berbunyi sebelum waktunya. Banyak orang yang mendengar bunyinya dan menyampaikan doanya untukmu. Disinilah letak kata-kata 'selamat' itu seharusnya tersemat. Selamat untuk ke-22 kalinya kau didoakan oleh orang-orang di sekelilingmu!
Pastinya banyak doa yang mengelilingimu. Yakin saja! Semua doa baik yang dipanjatkan ke atas untuk dapat ditangkap oleh-Nya. Kemudian Dia akan memeluk doa-doa itu dan melepasnya kembali kepadamu di saat di waktu yang sangat tepat! Istimewa, bukan? Berbahagialah!
Kedua, ada yang ingin kusampaikan. Asal kau tahu, semua kata-kata berkecamuk di dalam dada meminta untuk disampaikan kepada dirimu tetapi semuanya berebut dan akhirnya berbenturan satu sama lain. Jadilah kata-kata rancu yang keluar dari konteks seharusnya. Konteks yang seharusnya aku sampaikan apa dan ternyata malah yang tersampaikan apa. Sudah merasa rancu, bukan? Ehem... Dehaman ini bukan sekedar dehaman. Itu penanda kesalahtingkahanku di depan layar ini. Rasa dingin pun sudah mulai naik ke permukaan kaki.........................................................................................................................
Baiklah, penyampaian itu berupa sebuah rasa kebahagiaan yang sekarang tengah kurasakan karena masih dapat bersama denganmu di pengulangan ini. Maaf karena tidak dapat menemani secara fisik ada di sampingmu seperti yang dirimu lakukan. Tidak adil memang dan pasti sekarang masih ada tersisa harapan untuk diriku hadir, bukan? Aku jawab, biarkan waktu yang menjawab. Bukan ini bukan suatu bentuk ketakutan melainkan sebuah harapan tinggi dalam hati. Dan tetaplah dengan posisi "tangan di atas" seperti kata peribahasa tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah. Tetaplah selalu memberi jangan berharap untuk terus diberi. Memberilah walau sepahit-pahitnya kau tahu kau tidak akan diberi!
Terakhir, aku menulis ini dengan sejuta kata yang berkecamuk didorong sejuta rindu yang mengamuk.....
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar