Selasa, 03 Mei 2011
start from now :)
Dari dalam tas terdengar suara rintihan sedu sedan sebagai pertanda agar sang empunya tas memperlambat langkahnya, dia ingin sedikit bisa bernafas karena terlalu sesak di dalam sini, itu harapnya.
Harapannya pupus di kala mulai terdengar suara telepon genggam dari arah sampingnya.
Oh, sungguh membisingkan, bisiknya...
Dia tahu tas itu mulai terbuka dengan gerakan cepat dan terburu-buru karena ia melihat ada sayup sayup cahaya yang masuk ke persembunyiannya dalam sekejap.
Tapi, tetap saja ia merasakan rasa sumpek dan tidak bisa bernafas karena pemiliknya sudah tidak mengeluarkan dirinya kurang lebih 2 hari 1 malem dan sekarang dia membuka gerbang pertamanya hanya untuk mengambil telepon genggam.
Tragis...
"Ah tolong aku juga butuh diperhatikan dan dikeluarkan dari ruangan persegi panjang yang dipenuhi banyak kertas dan teman-teman sebayaku yang lain" jeritnya
Teman sebayanya? Seharusnya dia bisa merasakan kenyamanan karena dia bisa bergaul dan berkumpul dengan teman sebayanya tetapi sungguh dia tidak bisa bersyukur dengan sang pencipta yang menciptakannya, dia justru ingin keluar dari habitat sempurna yang dimilikinya.
Ironis...
"Hem.. jangan dikira aku terperangkap disini tidak tau apa apa, aku tahu semua tentangmu wahai pembawa tas ! Kalau aku mau akan kubocorkan kepada semua orang tentang kesalahan, kemunafikan dan kebohongan yang selama ini kau lakukan ! Kau selalu berusaha membohongi diri sendiri, itulah kejahatan paling buruk yang kau lakukan pada dirimu sendiri !" teriak si kecil dari dalam tempat yang tidak mungkin juga didengar oleh sang empunya tas yang tengah sibuk membalas pesan pendek dengan kata-kata manis pemberi kunci harapan.
"Haha.. lagi dan lagi, walaupun aku hanya mengintip dari bolongan tasmu tetapi aku mengerti raut wajah yang kau tunjukkan melihat pesan pendek yang masuk ke handphonemu itu !" ejek si empunya warna yang kebetulan adalah warna kesukaan pemiliknya.
"Kau akan terima akibatnya nanti, lihatlah !"
Tampak seorang lelaki mendekati dirinya setelah jam kuliah selesai, saling berpegangan tangan dan tersenyum melepas rasa rindu karena 3 hari tanpa pertemuan fisik diantara mereka.
"Ah manisnya.. tapi kurasa senyum itu tidak akan tahan lama, lihatlah !"
Harapannya pupus di kala mulai terdengar suara telepon genggam dari arah sampingnya.
Oh, sungguh membisingkan, bisiknya...
Dia tahu tas itu mulai terbuka dengan gerakan cepat dan terburu-buru karena ia melihat ada sayup sayup cahaya yang masuk ke persembunyiannya dalam sekejap.
Tapi, tetap saja ia merasakan rasa sumpek dan tidak bisa bernafas karena pemiliknya sudah tidak mengeluarkan dirinya kurang lebih 2 hari 1 malem dan sekarang dia membuka gerbang pertamanya hanya untuk mengambil telepon genggam.
Tragis...
"Ah tolong aku juga butuh diperhatikan dan dikeluarkan dari ruangan persegi panjang yang dipenuhi banyak kertas dan teman-teman sebayaku yang lain" jeritnya
Teman sebayanya? Seharusnya dia bisa merasakan kenyamanan karena dia bisa bergaul dan berkumpul dengan teman sebayanya tetapi sungguh dia tidak bisa bersyukur dengan sang pencipta yang menciptakannya, dia justru ingin keluar dari habitat sempurna yang dimilikinya.
Ironis...
"Hem.. jangan dikira aku terperangkap disini tidak tau apa apa, aku tahu semua tentangmu wahai pembawa tas ! Kalau aku mau akan kubocorkan kepada semua orang tentang kesalahan, kemunafikan dan kebohongan yang selama ini kau lakukan ! Kau selalu berusaha membohongi diri sendiri, itulah kejahatan paling buruk yang kau lakukan pada dirimu sendiri !" teriak si kecil dari dalam tempat yang tidak mungkin juga didengar oleh sang empunya tas yang tengah sibuk membalas pesan pendek dengan kata-kata manis pemberi kunci harapan.
"Haha.. lagi dan lagi, walaupun aku hanya mengintip dari bolongan tasmu tetapi aku mengerti raut wajah yang kau tunjukkan melihat pesan pendek yang masuk ke handphonemu itu !" ejek si empunya warna yang kebetulan adalah warna kesukaan pemiliknya.
"Kau akan terima akibatnya nanti, lihatlah !"
Tampak seorang lelaki mendekati dirinya setelah jam kuliah selesai, saling berpegangan tangan dan tersenyum melepas rasa rindu karena 3 hari tanpa pertemuan fisik diantara mereka.
"Ah manisnya.. tapi kurasa senyum itu tidak akan tahan lama, lihatlah !"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
3 komentar:
wew, saya pengikut pertamamu,.
:)
hehe makasi ka lala :D
ngapami ine rumah kecil bernama imajinasi
Posting Komentar