Sabtu, 21 Mei 2011
Es ~1
Panas matahari yang terik mulai merasuki setiap sendi tubuh ini di tengah perjalananku
Panas matahari yang membuat kerongkongan ini meronta-ronta meminta agar rangsang pekaku muncul terhadap dirinya yang sedang butuh sesuatu
Pada awalnya kerongkongan ini masih mampu menahan godaan yang diberikan sang raja siang itu tetapi semakin kucoba menelusuri jalan panjang ini semakin lemah pula daya tahannya ditambah dengan kecilnya imun yang dimilikinya
Berkali-kali kucoba untuk memenuhi hasratnya dengan menelan air liurku tetapi itu bukan sesuatu yang membuatnya puas. Dia butuh lebih. Dia butuh lebih dari sekedar air liur yang hambar ini.
Tanpa mempedulikan rontaannya, aku terus berjalan untuk mencapai tujuanku, tujuan yang semenjak awal sudah kususun dengan baik sebelum keluar rumah sesaat terhenti karena rontaannya yang makin lama makin menyiksa ini.
Rontaan yang mulai mengirimkan doktrin ke otakku untuk memberhentikan langkah ini. Otak yang langsung menghantarkan impuls ke anggota gerak bawahku sehingga tubuh ini menjadi lunglai.
Mencoba terus melawan tetapi sang tuan muda itu memang keras kepala dan tidak mau mengalah.
Di saat seperti ini aku menemukan saat dimana keinginan tidak sejalan dengan kerja otak.
Tak sanggup lagi kulanjutkan perjalanan ini.
"Oke aku mengalah darimu", ucapku dalam hati dan tersuruk jatuh ke tanah
Panas matahari yang membuat kerongkongan ini meronta-ronta meminta agar rangsang pekaku muncul terhadap dirinya yang sedang butuh sesuatu
Pada awalnya kerongkongan ini masih mampu menahan godaan yang diberikan sang raja siang itu tetapi semakin kucoba menelusuri jalan panjang ini semakin lemah pula daya tahannya ditambah dengan kecilnya imun yang dimilikinya
Berkali-kali kucoba untuk memenuhi hasratnya dengan menelan air liurku tetapi itu bukan sesuatu yang membuatnya puas. Dia butuh lebih. Dia butuh lebih dari sekedar air liur yang hambar ini.
Tanpa mempedulikan rontaannya, aku terus berjalan untuk mencapai tujuanku, tujuan yang semenjak awal sudah kususun dengan baik sebelum keluar rumah sesaat terhenti karena rontaannya yang makin lama makin menyiksa ini.
Rontaan yang mulai mengirimkan doktrin ke otakku untuk memberhentikan langkah ini. Otak yang langsung menghantarkan impuls ke anggota gerak bawahku sehingga tubuh ini menjadi lunglai.
Mencoba terus melawan tetapi sang tuan muda itu memang keras kepala dan tidak mau mengalah.
Di saat seperti ini aku menemukan saat dimana keinginan tidak sejalan dengan kerja otak.
Tak sanggup lagi kulanjutkan perjalanan ini.
"Oke aku mengalah darimu", ucapku dalam hati dan tersuruk jatuh ke tanah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
3 komentar:
Lanjutin donk ceritanya... Heheheh
keren tulisannya,,,,,
follow balik aku ya nung
@asdin: tunggu cerita selanjutnya :)
@ka aim: terimaksih ka :) ini sedang berusaha untuk dapat mengfollback kaka hehe
Posting Komentar