Senin, 26 September 2011
pernikahan atau?
Malam ini memang malam yang berbeda dari malam yang biasanya setelah hampir sebulanan aku menempati kamar kosku ini. Mengapa berbeda? Karena malam ini secara langsung aku melihat dan menyaksikan kemeriahan sebuah pernikahan yang memakai jasa ‘electon’. Begitu orang-orang sini menyebutnya. Ya, istilah itu sama layaknya dangdutan. Musik yang mewah, meriah, dan membuat semua orang yang mendengar ingin bergoyang. Oh, bukan sekedar ingin bergoyang tetapi cobalah mendekat dan nikmati sensasinya secara langsung. Membuat mata tak akan lepas dari penyanyi yang membawakan lagu-lagu merdu nan menggoda itu. Penyanyi yang ditampilkan memang sudah dandan dengan sedemikian rupa. Dengan pakaiannya yang serba kekurangan bahan baik baju maupun celana atau rok yang mereka kenakan. Dandanan mereka yang cantik dengan bedak tebal dan lipstik yang merona menyelaputi bibir mereka yang seksi makin membuat sang penyanyi bak bintang yang bersinar paling dekat dengan masyarakat sekitar pada malam itu, makin menggugah selera para lelaki yang mendominasi penonton mereka pada malam itu. Para lelaki yang tersebar dibagian samping dan depan panggung seperti anjing-anjing yang haus akan jilatan, sentuhan dan tergugah menggerayangi majikannya.
Bingung sendiri sebenarnya dalam hati. Apa yang sebenarnya dipikirkan pemilik acara itu dengan menghadirkan hiburan semacam itu? Apa untuk menarik tamu agar lebih banyak yang menyaksikan pernikahan mereka? Oh atau ingin sekedar membagi kebahagiaan dengan para tetangganya dengan menghadirkan hiburan yang membuat para tetangganya ‘senang’ dan akan ‘menikmati’nya? Ah entahlah.
Berbagai pertanyaan pun mulai mencuat dalam benak ketika kulihat para penonton yang didominasi dengan anak kecil. Penyanyi cantik nan rupawan itu mengajak anak-anak yang duduk di sekitar panggung untuk ikut berjoget dan bernyanyi bersamanya. Mengapa harus anak sekecil mereka yang bahkan seharusnya belum cukup umur untuk menyaksikan tontonan itu yang justru mereka ajak tenggelam dalam pusaran aksi mereka? Dan ada apa dengan orangtuanya? Kenapa mereka membiarkan anak-anak mereka ikut bersikap layaknya orang dewasa yang turut menikmati setiap lekukan tubuh dan kemolekan dari kakak cantik yang ada di hadapan mereka? Oh God, belum saatnya bagi mereka melihat hal semacam itu, masih terlalu dini mereka disodorkan dengan tontonan yang sarat edukasi seperti itu. Lebih baik mereka di dalam rumah dan menikmati acara televisi kesukaan mereka sekalipun itu sebuah sinetron yang mereka tonton. Ironis sebenarnya, bahkan orangtua mereka pun ikut tenggelam bersama jutaan penonton lain yang menikmati sajian itu. Ibu-ibu mereka yang ikut berteriak-teriak, memeriahkan acara dan ayah-ayah mereka yang semenjak dari awal tidak melepaskan pandangan atapun mengalihkan pandangan dari gadis-gadis muda yang membuat air liur mereka merintik tanpa terlihat. Ya… anak-anak itu cuma melihat apa yang ada dan dilakukan oleh orang-orang sekitarnya, faktor keluarga dan lingkunganlah yang amat mempengaruhi pola pikir dan sifat mereka kedepannya. Jikalau, kasusnya seperti ini entahlah siapa yang seharusnya mengajarkan dan memberi contoh baik kepada mereka.
Pertanyaan selanjutnya adalah mengenai pengisi acara itu sendiri. Bukan hal yang biasa lagi kalau di zaman seperti ini mengharuskan setiap orang untuk ekstra usaha untuk mendapatkan sebuah pekerjaan, untuk mendapatkan selembar atau segepok uang. Apa itu yang mendasari mereka untuk bekerja dengan cara seperti itu? Tidak ada yang salah memang, mereka khususnya bagi para gadis-gadis itu, mereka tidak menjual diri secara cuma-cuma. Menurutku, ada kriteria tersendiri yang harus terpenuhi jika ingin bergabung. Hal-hal itu seperti memiliki wajah yang berstandar tidak dibawah rata-rata, kemolekan tubuh yang tidak hanya rata atau lurus sampai bawah tetapi memiliki lekukannya di setiap bagian tubuh tersendiri. Sulit. Tidak semua orang dapat memenuhi kriteria seperti ini. Mungkin karena desakan ekonomi yang makin menghimpit yang membuat mereka dengan terpaksa mengambil pekerjaan ini. Atau mereka senang melakukan itu semua?
Ah… tidak mengerti dan tak terjawabkan semua pertanyaan itu. Salah satu yang terpikirkan saat ini oleh diriku yang baru pertama kali menyaksikan pertunjukan seperti itu adalah suatu lingkungan yang telah terhipnotis oleh suatu aksi yang berselera itu dengan para anak-anak kecil yang menjadi korban serta para pemain aksinya yang hanya menjalankan pekerjaan mereka secara professional karena dituntut oleh sebuah ekonomi demi dapat bertahan menghadapi hidup yang semakin keras dan penuh persaingan ini. Malam ini, membuat diriku pun berpikir untuk selalu belajar, mengambil ilmu sebanyak mungkin, melatih diri sebanyak mungkin, mengetahui kemampuan yang kumiliki secara baik agar ke depannya diri ini dapat menuangkan apa yang telah kupelajari selama ini ke dalam wadah yang cantik dan sesuai dengan apa yang telah kuraup dan kutimba.
Oh, satu lagi....
Aku berjanji pada diri sendiri kalau aku tidak akan memakai hiburan semacam itu untuk meramaikan pernikahanku nanti
So sorry bang electon :D
Oh, satu lagi....
Aku berjanji pada diri sendiri kalau aku tidak akan memakai hiburan semacam itu untuk meramaikan pernikahanku nanti
So sorry bang electon :D
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar